Posts

Showing posts from January, 2020

Jakarta-Bandung, Bandung-Jakarta - Tiada Ojek di Paris

Jakarta-Bandung, Bandung-Jakarta - Makna Sebuah Jarak Seperti judulnya, memang esai ini membahas akan jarak antara Jakarta dan Bandung. Sang penulis menuliskan tentang hal yang benar - benar dapat dialami dan dilihat oleh masyarakat Jakarta maupun Bandung. Oleh karena itu, saya rasa penulis sangatlah pintar karena ia memilih untuk membahas suatu hal yang nyata, yang dapat dirasakan oleh orang - orang. Orang akan menjadi lebih tertarik dalam membacanya karena mereka rasa mereka bisa relate pada isi dari esai itu. Bahasa yang digunakan di esai ini adalah Bahasa Indonesia yang tidak formal, jadi bahasanya lebih santai. Karena esai ini juga esai yang santai, maka saya rasa sangat cocok bisa bahasa yang digunakan adalah bahasa yang santai. Dengan ada beberapa penggunaan Bahasa Inggris, membuat esai ini tergolong isi bilingual. Namun, jika anda tidak bisa berbahasa Inggris, janganlah takut. Penggunaan kata Bahasa Inggris hanya 2 hingga 3 kali, jadi tak masalah jika anda tak bisa berbah...

Mobil - Tiada Ojek di Paris

Mobil : Sebuah Mitos - Mobil, Untuk Seterusnya, Akan Terbebani Makna Konotatif Dari membaca esai ini pertama kali, saya langsung dapat mengetahui bahwa esai ini bukanlah esai yang formal atau serius. Dari kata pertamanya saja, para pembaca dapat mengetahui bahwa esai ini bersifat lebih nyantai. Walaupun lebih nyantai, esai ini justru lebih panjang daripada esai - esai lainnya. Menurut saya, esai ini sungguh menarik karena terdapat sebuah kisah antara Bung Karno dan Cindy Adams. Saya rasa itulah yang membuat esai ini lebih panjang daripada esai - esai sebelumnya. Menurut saya, banyak orang akan menyukai esai ini. Lagipula, siapa yang tidak suka Bung Karno? Mereka yang menyukai Bung Karno pasti akan menyukai esai satu ini.

Taman - Tiada Ojek di Paris

Taman - Taman Dengan Kolam dan Air Mancur di Jakarta Sangat Berguna Bagi Anak-Anak Singkong Mirip dengan beberapa esai - esai pertama di dalam buku Tiada Ojek di Paris, esai ini memuat teks dari sumber lain kedalam esai nya. Di esai kali ini, teks yang dimuat adalah sebuah naskah sandiwara yang terbit tahun 1957 di Belanda. Menarik, bukan? Juga, sang penulis menggunakan banyak sekali terms - terms di dalam kalimatnya. Contohnya adalah ‘Anak - anak singkong’. Yang dimaksud dengan sang penulis tentunya bukan anak singkong yang dapat dimakan dengan santan itu. Bahasa yang digunakan dalam esai ini cukup rumit, namun jelas. Saya mengatakan demikian karena sang penulis menyertakan penjelasan untuk setiap kata yang ia rasa kurang umum. Hal seperti itu sangatlah bermanfaat untuk para pembaca karena dapat membantu para pembaca untuk mengerti lebih lagi akan isi dari esainya.

Atas Nama Infotainment? - Tiada Ojek di Paris

Atas Nama Infotainment? - Meskipun Kepada Public Figure, Kita Tak Berhak Membongkar Privacy - nya. Esai yang dituliskan oleh penulis satu ini sangat menarik namun dapat membuat banyak orang kesal. Mengapa demikian? Karena sang penulis membahas bahwa ia tak setuju akan suatu hal yang kebanyakan orang sukai, yaitu gosip / hal - hal pribadi mengenai figur publik. Tentunya kebanyakan orang sungguh menyukai figur - figur publik yang ada diluar sana, bahkan sampai mengidolakan mereka. Nah, esai satu ini bersifat sedikit menyindir dan menyinggung orang - orang yang menyukai hal - hal seperti itu. Sang penulis mengatakan bahwa figur publikpun harusnya mempunyai privasi yang tak seharusnya dibongkar dan ditulis di blog atau apapun. Dilihat dari susunan kata dan kalimatnya, saya dapat merasa bahwa sang penulis agak kesal dan ia bertujuan untuk menyindir orang - orang diluar sana yang tak bisa menghargai bahwa figur publik pun juga butuh privasi. Walaupun demikian, esai ini sungguh bagus da...

Jakarta Kosong - Tiada Ojek di Paris

Jakarta Kosong - Orang Manakah Homo Jakartenis? Esai kali ini dituliskan sedikit berbeda dengan kebanyakan esai - esai sebelumnya. Bahasa yang digunakan di dalam esai ini bisa dibilang cukup baku. Kata - kata yang digunakan pun juga campuran akan kata - kata sehari - hari dan kata - kata yang agak sulit dimengerti. Memang esai ini berbobot sedikit berat. Namun, hal ini bukan berarti esai ini tak cocok dibaca untuk waktu luang. Esai ini sungguh cocok untuk mengisi waktu - waktu luang karena esai ini dapat memberikan wawasan baru akan identitas orang - orang. Menurut saya, sang penulis adalah orang yang bisa dibilang pintar. Di dalam menuliskan esai seperti ini saja, sang penulis menyertakan banyak sekali argumen - argumen yang mendukung pernyataannya. Bahkan, sang penulis pun sampai membuat teori nya sendiri akan hal ini. Sungguh menarik, bukan? Dari membaca esai ini, bukan hanya dapat menghibur, namun dapat belajar hal baru yang dapat memperluas wawasan kita.

Listrik Mati - Tiada Ojek di Paris

Listrik Mati - Bagaimana Kalau Selamanya? Listrik mati terdengar seperti hal yang simpel. Itulah judul esai kali ini. Namun, setelah membacanya dengan benar - benar, esai ini memiliki inti yang jauh lebih dalam dari sekedar ‘listrik mati’. Saya sangat kagum dengan kemampuan sang penulis. Ia dapat menggunakan judul yang singkat dan simpel walaupun pembahasan esainya termasuk cukup dalam. Bahasa yang digunakan di dalam esai ini campuran antara bahasa Indonesia dan juga bahasa Inggris. Walaupun tak terdapat terlalu banyak bahasa Inggris, masih terdapat beberapa kata bahasa Inggris diantara kalimat - kalimat. Bahasa Indonesia yang digunakan pun juga bukan bahasa Indonesia yang terlalu baku. Melihat dari cara penulisan esai ini, saya rasa sang penulis merasa sangat yakin dengan hal - hal yang ia sampaikan di dalam esai ini. Ia menuliskan kata ‘pasti’ berkali - kali menggunakan huruf besar semua. Hal ini biasa menunjukkan keyakinan akan suatu hal yang sudah sangat matang.

Zebra Cross - Tiada Ojek di Paris

Zebra Cross - Jika Jalanan Menunjukakan Bangsa, Apa Yang Mau Dikatakan Tentang Jakarta? Tak jauh berbeda dengan esai sebelumnya yang berjudul Sarapan Berita, esai ini juga memiliki makna yang sangat bermanfaat bagi pembacanya. Esai ini membahas tentang suatu hal yang hampir semua orang ketahui di Jakarta, yaitu etika di jalanan. Sang penulis dapat menjelaskan sekilas tentang kondisi di jalanan Jakarta, dimana trotoar yang seharusnya buat pejalan kaki saja ‘dipinjam’ oleh sepeda motor untuk melaju. Dengan menjelaskan sedikit tentang situasi jalanan di Jakarta, sang penulis dapat memberikan gambaran kepada pembaca - pembacanya. Kalau menurut saya, esai ini memang dibuat untuk orang - orang Jakarta. Namun, saya yakin bahwa sang penulis pun juga mengetahui bahwa orang - orang dari asal kota lain juga dapat membacanya. Oleh karena itu, penjelasan yang singkat namun jelas ini dapat memberikan pengertian yang jauh lebih baik kepada semua pembaca.

Sarapan Berita - Tiada Ojek di Paris

Sarapan Berita - Benarkah Berita Pagi Lebih Penting Dari Hidup Kita? Dilihat dari isi pembahasan, saya rasa esai ini membahas sesuatu yang bermakna. Tak hanya memberikan informasi baru, esai ini dapat menyadarkan para pembacanya dan membuka pandangan mereka. Saya pun termasuk salah satu orang yang disadarkan itu. Dengan segala kesibukkan yang kita punyai, terkadang kitapun lupa dengan hidup kita sendiri. Saya yakin banyak orang dimanapun mereka berada pasti juga melakukan hal ini, entah mereka sadari atau tidak. Menurut saya, esai yang tak terlalu panjang namun sangat berguna bagi pembacanya ini sangatlah baik. Daripada membahas tentang drama - drama seputar selebritas, lebih baik membahas akan suatu hal yang dapat membuat diri kita lebih baik, bukan? Disertai dengan pengalaman pribadi sang penulis untuk membuat isi pembahasan lebih jelas dan detil, esai ini bisa dibilang sangat amat baik.

Paranoia - Tiada Ojek di Paris

Paranoia - Di Jakarta, Pagi Hari Adalahawal Ketakutan Bersama Menurut saya, esai ini termasuk personal. Sang penulis menuliskan esai ini dengan menggunakan ‘saya’ dan juga ‘anda’. Memang banyak esai yang menggunakan ‘saya’, namun jarang esai yang menggunakan ‘anda’ yang mengaju kepada para pembaca. Kebanyakan dari esai ini membahas tentang pengalaman pribadi. Selain itu, dapat dilihat di akhir paragraf bahwa sang penulis secara langsung menanyakan tanggapan dan respon pembaca. Disinilah ia menggunakan kata ‘anda’ yang di subyekkan kepada para pembaca. Saya rasa esai ini adalah esai yang menarik secara keseluruhan. Dari isi pembahasannya yang sangat familiar dan yang berhubungan dengan kebanyakan orang, struktur, pemilihan kata yang digunakan, dan juga bahasa yang digunakan.

Mahaselingan - Tiada Ojek di Paris

Mahaselingan - Ketika Selingan Telah Menjadi Rutin Membahas hari selingan, bisa dilihat bahwa esai ini dituliskan dengan penuh ambisi. Saya dapat mengatakan begitu karena terdapat pertanyaan - pertanyaan yang diajukan oleh sang penulis kepada para pembaca seputar dengan topik pembahasannya. Tak berbobot berat, esai ini sangat cocok untuk dibaca ditengah waktu luang. Apalagi saat di mobil mau ke kantor. Pas sekali, bukan? Membahas hari selingan disaat perjalanan menuju kerja. Esai ini dituliskan dengan bahasa yang tak formal. Terdapat kata - kata seperti ‘pokoknya’ dan juga kata - kata yang dituliskan dalam bahasa Inggris seperti ‘surviva’. Campuran akan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang digunakan oleh sang penulis memiliki tujuan agar teks yang ia hasilkan tak terlalu formal, agar para pembaca yang membacanya dapat lebih santai.

Masihkah Jakarta Berarti Kemenangan - Tiada Ojek di Paris

Masihkah Jakarta Berarti Kemenangan - Sebuah Kota Dibangun Oleh Makna, Adalah Makna Yang Membuat Suatu Tempat Mempunyai Nama Esai kali ini berbobot lebih berat jika dibandingkan dengan esai - esai sebelumnya. Dilihat dari inti esai ini dan juga strukturnya, esai ini tentunya membahas suatu yang jauh lebih serius dan berat dari sebuah penyanyi dangdut atau stereotip akan orang Jakarta. Sang penulis mengkaitkan esai ini dengan banyak hal, seperti mengkaitkannya dengan bahasa - bahasa lain. Bahasa Belanda dan Bahasa Melayu adalah contoh dari bahasa - bahasa yang digunakan untuk menyampaikan istilah - istilah di dalam esai ini. Di bagian tengah menuju akhir esai ini, sang penulis menyelipkan pendapatnya. Saya rasa menyisipkan pendapat dalam sebuah teks itu penting dan berguna. Dengan itu, para pembaca dapat mengerti pandangan dari penulis. Esai ini diakhiri dengan pertanyaan - pertanyaan. Saya yakin sang penulis mengakhiri pembahasannya dengan pertanyaan - pertanyaan untuk mendorong ...

Dari Jakarta - Tiada Ojek di Paris

Dari Jakarta - Menjadi Orang Jakarta Itu Banyak Konsekuensinya Tak jauh berbeda dari esai - esai sebelumnya, esai ini juga dituliskan dari pengalaman sang penulis itu sendiri. Di dalam esai ini, sang penulis menceritakan hal - hal yang telah dialaminya akan Jakarta. Melihat dari kalimat - kalimatnya, saya rasa sang penulis merasa sedikit kesal akan stereotip Jakarta yang dibahas di esai ini. Struktur kalimat dalam esai ini sangat bagus. Para pembaca termasuk saya dapat mengerti isi pembahasan dalam esai ini dengan mudah karena strukturnya dan juga bahasa yang digunakan. Bahasa Indonesia, namun bahasa yang sehari - hari dipakai sehingga para pembaca akan merasa lebih familiar. Itulah bahasa yang digunakan oleh sang penulis esai ini.

Penyanyi Dangdut Di Tepi Jalan - Tiada Ojek di Paris

Penyanyi Dangdut di Tepi Jalan - Kesenian yang Tidak Peduli Kepada Penderitaan Adalah Dekaden Menurut saya, esai kali ini sungguh unik dan juga menarik. Saya berpendapat demikian karena esai ini sebenarnya membahas tentang kisah seseorang yang melihat penyanyi dangdut dijalan pulangnya dari bandara. Namun, hanya dari penyanyi dangdut di pinggir jalan itu, sang penulis dapat mengutarakan suatu hal yang sangat bermanfaat dan juga bermakna bagi setiap pembaca. Ia memasukkan pandangan - pandangannya akan Jakarta di dalam pembahasannya ini, yang mendapat membuka pandangan orang lain akan Jakarta. Bahasa yang digunakan adalah bahasa campuran akan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Walaupun tak terlalu banyak Bahasa Inggris, ada beberapa kata di bagian - bagian tertentu esai ini yang menggunakan Bahasa Inggris.

Bukan Cengkareng / Tetap Cengkareng - Tiada Ojek di Paris

Bukan Cengkareng / Tetap Cengkareng - Ruang dan Konstruksi Sosialnya Lagi - lagi, esai ini dituliskan dari sudut pandang orang pertama. Esai ini dituliskan bedasarkan pengalaman seseorang (yaitu sang penulis) dan pandangannya akan Jakarta. Ia membahas topik nya dengan bahasa yang dibilang sangat santai. Walaupun menggunakan Bahasa Indonesia yang sangat santai, esai ini tetap berbobot dan bermakna. Siapapun yang membaca ini tentunya akan menerima sebuah makna dan membuka pandangan mereka. Di dalam esai ini, terdapat beberapa kata yang berasal dari Bahasa Inggris. Saya rasa hal ini bukan merupakan masalah karena esai ini sendiri bukanlah esai formal. Saya rasa tujuan dari sang penulis menuliskan esai ini adalah untuk membahas dan mengutarakan pendapatnya dan sudut pandangnya akan Jakarta.

Kuburan - Tiada Ojek di Paris

Kuburan - Bagaimana Kuburan Terkubur Zaman  Sama dengan judulnya, esai ini membahas tentang kuburan. Kuburan adalah hal yang cukup jarang dibicarakan ataupun dituliskan didalam sebuah esai maupun pembahasan. Di esai kali ini, sang penulis membahas sekitar kuburan. Untuk memulai esainya, sang penulis menggunakan sebuah kalimat pertanyaan. Ia menggunakan bahasa yang bisa dibilang cukup formal. Bahasa di esai kali ini jauh lebih formal dari beberapa esai sebelumnya. Namun, terdapat beberapa kata - kata bahasa daerah yang dapat ditemukan ditengah - tengah kalimat tertentu. Sang penulis mengetahui bahwa tak semua pembacanya akan mengerti kata - kata dari bahasa daerah yang ia masukkan di dalam kalimatnya. Oleh karena itu, ia menyertakan arti dari kata bahasa daerah itu di sampingnya agar pembaca dapat mengerti dengan mudah. Hal ini adalah hal yang baik untuk dilakukan sang penulis karena pemahaman para pembaca itu sangat penting. 

Mode Kelihatan Pusarnya - Tiada Ojek di Paris

Mode Kelihatan Pusarnya - Sekitar Lingkar Pinggang Telanjang Kalau esai yang satu ini benar - benar merupakan cerita dari pengalaman seseorang, yaitu pengalaman dari sang penulis itu sendiri. Maka dari itu esai ini dituliskan dengan sudut pandang orang pertama. Membahas hal yang bersifat agak sensitif, yaitu anggota tubuh yang terlihat melalui busana yang terlalu mini, esai ini dapat berdampak edukatif terhadap pembaca - pembaca tertentu. Di setiap argumen yang diberikan oleh sang penulis di dalam esainya, ia menyangkutkan beberapa alasan yang mendukung argumennya itu. Saya rasa ini adalah hal yang penting dalam menuliskan sebuah karya agar para pembaca dapat mengerti lebih dalam akan hal yang dibacanya. Karena esai ini adalah seperti cerita dari pengalaman pribadi ditambahkan dengan pendapat sang penulis, maka bahasa yang digunakan pun juga bahasa sehari - hari. Kata ‘Udel’ adalah salah satu contoh kata yang tak terlalu formal yang didapati di dalam esai ini. 

Seruling Bambu Di Ruang Jakarta - Tiada Ojek di Paris

Seruling Bambu di Ruang Jakarta - Degradasi Kemanusiaan Esai ini membahas tentang terowongan di Jakarta. Namun, sang penulis dapat mengganti kata ‘terowongan’ dengan kata yang lebih menarik dan artistik, yaitu ‘seruling bambu’. Hal ini sangat menarik, bukan? Hal ini menunjukkan bahwa sang penulis adalah seseorang yang cukup artistik dan pintar dalam mengindahkan kata - kata. Ditulis dengan sudut pandang orang pertama, esai ini bisa dibilang lebih mengarah ke pendapat dan pengalaman pribadi yang dialami oleh sang penulis sendiri. Pembahasannya simpel, hanya mengenai terowongan di Jakarta. Namun, pembahasan simpel bukan berarti bahwa esai ini membosankan. Menurut saya esai ini justru sangat menarik. Saat saya membaca judulnya, saya menjadi penasaran dan ingin membaca lebih lagi. Seruling Bambu di Ruang Jakarta. Siapa yang mengira bahwa yang dimaksud dari ‘Seruling Bambu’ itu adalah terowongan? Kemampuan sang penulis dalam menulis ini sungguh sangat impresif.

Daya Sang Manula - Tiada Ojek di Paris

Daya Sang Manula - 2050: Ketika yang Tua Memenuhi Dunia Menurut saya, pembahasan dalam esai ini sangat menarik. Penulis membuat pembahasan dalam karyanya suatu hal yang jarang ataupun hampir tak pernah dibahas. Sang penulis merumpamakan jika dunia dipenuhi dengan orang - orang tua. Unik sekali, bukan? Dalam pembahasannya, sang penulis pun mengkaitkannya dengan beberapa hal. Novel karya penulis - penulis tua, majalah, dan orang - orang tua terkenal yang lahir tahun 1899an adalah contoh dari hal - hal yang dikaitkan dengan pambahasannya. Tentunya sang penulis mengkaitkan pembahasannya dengan hal - hal tersebut untuk membuat isi dari esainya lebih realistis dan mempunyai dukungan bukti. Bahasa yang digunakan dalam esai ini adalah Bahasa Indonesia yang tak terlalu formal. Dengan arti lain, terdapat kata - kata informal seperti ‘Hmmm’ di dalam esainya.

Uang Dengar - Tiada Ojek di Paris

Uang Dengar - Tentang Makna Suatu Kata Sebagai Produksi Sosial Dari judulnya saja kita dapat memiliki gambaran akan garis besar pembahasan dalam esai ini. Namun bagi orang yang tak mengerti dengan istilah ‘Uang Dengar’, sang penulis ada menjelaskan tentang istilah itu kok. Jadi kalian tidak perlu khawatir untuk tidak memahami esai ini. Memang terdapat banyak sekali istilah - istilah yang sang penulis gunakan dalam pembahasan di esai ini. Tetapi, hampir di setiap istilah yang digunakannya, terdapat penjelasan sekilas akan esai itu. Saya yakin sang penulis menyediakan penjelasan itu untuk memudahkan para pembaca dalam memahami esai ini. Pembahasan dalam esai ini juga tak terlalu berat, tak seperti esai sebelumnya. Jika anda sedang ingin mengisi waktu luang dengan membaca sejenak, esai ini sangat cocok bagi kalian.

Jakarta Tanpa Indonesia - Tiada Ojek di Paris

Jakarta Tanpa Indonesia - Jika Daerah tak Sudi Mendanai Jakarta, Bisakah Gaya Hidup Dipertahankan? Esai ini memiliki isi yang sangat menarik perhatian saya karena esai ini dapat membuka mata / pandangan para pembaca akan Jakarta. Saya sendiri pun juga termasuk salah satu pembaca yang menjadi terbuka kepada pandangan - pandangan lain akan Jakarta. Saya percaya sang penulis menuliskan esai ini dengan makna yang sangat penting, dan ia bertujuan untuk membuka mata orang - orang. Cara sang penulis menyampaikan isi dalam esai ini pun juga sangat baik. Sebenarnya hal yang dibahas adalah hal yang cukup luas dan dalam. Namun, sang penulis dapat menuliskan hal itu dengan padat dan juga jelas, agar para pembaca dapat membaca dengan gampang namun tetap mengerti isi dari pembahasan itu. Bahasa yang digunakan juga sangat bagus dan cocok untuk pembahasan seperti tipe - tipe ini. Dengan tak menggunakan bahasa yang terlalu susah untuk dimengerti, pembaca akan dapat memahami dan juga menangkap mak...

Bukan Tontonan - Tiada Ojek di Paris

Bukan - Tontonan : Etika di Pinggir Jalanan Jakarta Sering kali orang penasaran akan suatu hal dengan tak semestinya. Ini adalah permasalahan umum yang ada di kalangan masyarakat. Sang penulis membuat permasalahan umum ini menjadi topik pembahasannya. Dengan caranya membawa pembahasan dalam esai ini, yang sangat santai namun tetap berbobot, dapat membuka pandangan para pembaca. Topik yang dibahas tidak terlalu berat, tapi bukan berarti tak punya makna. Bahasa yang digunakan pun juga bahasa sehari - hari yang dapat dimengerti dengan gampang, membuat esai ini cocok bagi orang yang sedang santai atau menunggu dan ingin mengisi waktu luang mereka dengan membaca. Sama dengan esai sebelumnya, sang penulis juga mengaitkan pembahasan dengan hal - hal lain. Dalam esai ini, sang penulis mengkaitkannya dengan Gustave Le Bon pada tahun 1895.

The Motorcycle People - Tiada Ojek di Paris

The Motorcycle People :  Pertarungan Ideologi Juga Berlangsung di Jalan Raya Seperti judulnya, esai ini membahas tentang orang - orang yang mengendarai sepeda motor di jalan raya setiap harinya. Dalam pembahasannya, sang penulis menggunakan sebuah julukan ‘Motorcycle People’ untuk menggambarkan para pengendara sepeda motor. Yang menarik perhatian saya adalah cara dari sang penulis membawakan pembahasannya. Ia mengaitkannya dengan teori - teori lain yang sudah ada di dunia seperti teori Althusser. Ia menggunakan bervariasi sumber sebagai referensi pembahasannya. Hal ini membuat para pembaca untuk lebih tertarik dan dapat meluaskan wawasan mereka juga. Sangat baik jika seorang penulis memasukkan teori - teori lain kedalam pembahasannya. Lain dari itu, sang penulis juga mengaitkannya dengan Homo Jakartenis. Homo Jakartenis sempat dibahas di bab sebelumnya. Hal ini dapat membuat para pembaca mengingat akan esai - esai sebelumnya dan itu adalah hal yang baik. 

Mengenal Orang Jakarta - Tiada Ojek di Paris

Mengenal orang Jakarta : Mungkinkah? - Mungkinkah Mengenal Orang - Orang yang Hanya Kita Lihat dari Jendela Mobil Saja? Esai yang satu ini sangatlah menarik. Selain inti dari pembahasan sang penulis, terdapat juga kisah nyata yang dialami oleh sang penulis itu sendiri. Sang penulis menggunakan kisah nyata ini sebagai contoh atau referensi dari topik pembahasannya. Menarik, bukan? Sang penulis dapat menggabungkan kedua hal itu menjadi satu yang sangat menarik bagi pembaca. Kegunaan bahasa oleh sang penulis juga sangat baik. Sang penulis dapat membawakan isi tulisannya dengan bahasa yang mudah untuk dimengerti. Lebih dari itu, sang penulis juga menggunakan frase - frase dalam bahasa inggris untuk membuat karya tulisnya menjadi lebih nyantai dan ringan untuk dibahasa. Pada bagian akhir dari esai ini, sang penulis menggunakan frase “My friend”, yang memiliki arti temanku atau kawanku. Sang penulis menganggap para pembaca seperti teman atau kawan mereka. Hal ini dapat meningkatkan respo...

Antara New York dan Jakarta - Tiada Ojek di Paris

Antara New York dan Jakarta - Siapa bisa Menjamin tidak ada Orang Berpikiruntuk Menghancurkan Monas? Penulis esai ini mempunyai kemampuan untuk menulis yang baik kalau menurut saya. Saya dapat mengatakan begitu karena struktur penulisan dan juga bahasa yang digunakan. Ia tak menggunakan bahasa yang terlalu rumit sampai susah untuk dimengerti, namun bahasanya masih bisa dibilang bahasa baku. Hal ini adalah hal yang cukup menarik, bukan? Selain itu, penulis memasukkan beberapa pertanyaan yang dapat membuat para pembaca untuk mengembangkan pemikirannya masing - masing. Pertanyaan - pertanyaan ini tentunya berkaitan dengan topik pembahasan yang dimasukkan kedalam paragraf - paragraf, bersama dengan kalimat - kalimat lainnya. Seperti contoh, “Apakah perlu begitu? Apakah memang harus begitu?Bahwa kebahagiaan adalah sukses, dan sukses adalah tinggi, kuat, dan besar?” Pertanyaan - pertanyaan seperti ini dapat mendorong para pembaca untuk memikir lebih dalam dan menggunakan pengetahuannya...