Posts

Showing posts from December, 2019

Premanisme - Tiada Ojek di Paris

Premanisme - Ideologi yang Bikin Empet Menurut saya, esai ini bersifat sangat edukatif. Esai ini dapat membuka mata dari para pembaca dan mengubah pola pikir mereka. Sang penulis menggunakan kejadian nyata yang telah ia lewati sebagai contoh dari pembahasan di esai ini. Walaupun contoh kisah hidupnya itu tidak terlalu rumit, namun hal ini dapat menjadi pelajaran yang penting bagi orang lain. Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang tak formal, membuat esai lebih santai dan nyaman untuk dibaca. Bahkan, terdapat campuran - campuran dari bahasa Jawa yang diselipkan oleh penulis di dalam kalimat - kalimat tertentu. Di akhir dari esai ini, sang penulis mengakhirinya dengan kalimat yang bersifat ‘mengubah’. Yang saya maksut dari ‘mengubah’ adalah mengajarkan suatu hal yang baru kepada para pembaca yang mempunyai kemungkinan untuk mengubah pola pikir para pembacanya. Saya kira hal ini adalah hal yang menarik yang dilakukan oleh sang penulis.

Meski Hanya Rp.500,- - Tiada Ojek di Paris

Meski Hanya Rp.500,- - Ekonomi Moral di Gerbang Tol Menurut saya, esai ini adalah esai yang sangat menarik. Dari topik pembahasannya, struktur penulisannya, dan juga contoh - contoh yang diberikannya sangat menarik perhatian saya. Jalan tol adalah hal yang sangat umum di kalangan manusia. Tentunya, semua orang yang memasuki jalan tol harus membayar tarif. Di dalam esai ini, penulis pertama menceritakan akan kegemarannya terhadap orang Indonesia penjaga tol yang tampaknya terjamin. Sang penulis menganggap bahwa walaupun banyak sekali orang besar yang melakukan korupsi, setidaknya orang kecil seperti penjaga gerbang tol itu masih jujur. Dalam menjelaskan isi dari esainya, sang penulis pun menceritakan tentang kisah hidupnya sebagai contoh. Ia menceritakan pengalamannya di gerbang tol, bersama dengan seorang penjaga gerbang tol. Setelah menceritakan itu, ia menuliskan bahwa sekarang rasa kepercayaannya sudah tak ada lagi. Hal ini sangat menarik bagi saya karena kemampuan sang penulis ...

Kopi - Tiada Ojek di Paris

Kopi - Kopi Bukan Hanya Caffeine, Kopi Telah Menjadi Makna Esai ini membahas tentang topik yang tak jauh berbeda dari esai sebelumnya, yaitu yang bersangkutan dengan kopi. Kalau esai sebelumnya lebih membahas tentang gerai kopi Starbucks, esai kali ini membahas tentang kopi itu secara general . Sang penulis memberikan informasi dan juga fakta - fakta penting akan kopi yang dapat mengedukasikan para pembaca. Untuk membuat hasil tulisannya lebih terpercaya, sang penulis mengkaitkannya dengan beberapa sumber - sumber yang lebih terkenal seperti National Geographic dan Jakarta Post. Jika membaca esai ini lebih lagi, terdapat pembahasan - pembahasan sedikit tentang Starbucks. Setelah membaca esai ini secara penuh, ternyata terdapat kaitannya juga dengan beberapa esai sebelum ini yang membahas tentang Homo Jakartensis. Menurut saya, esai ini cukup menarik karena waktu pertama kali membaca, saya pikir esai ini hanya membahas tentang kopi secara general . Namun setelah mendalaminya lebih l...

Intelektual Starbucks - Tiada Ojek di Paris

Intelektual Starbucks - Starbucks Coffee di Kampus Perjuangan Seperti judulnya, esai ini membahas tentang Starbucks, yaitu sebuah tempat kopi yang berasal dari Seattle. Penulis dapat menuliskan informasi - informasi penting akan gerai kopi yang sekarang terkenal di seluruh dunia, yang dapat menjadi sangat berguna bagi para pembaca. Dalam menyampaikan tulisannya, sang penulis mengkaitkan dengam sebuah novel dan juga film yang ia ketahui, agar membuat isi dari esainya lebih dapat di percaya dan jelas. Cara sang penulis dalam menyampaikan hal ini pun dengan cara yang tak terlalu rumit. Ia hanya menuliskan secara langsung, bisa dibilang secara blak-blak an. Hal ini bisa dilihat dari paragraf kedua dalam esai ini, dimana sang penulis mengaku bahwa ia sendiri belum tamat membaca novel Moby Dick karya Herman Melville.

Gresik United, Real Mataram, Tangerang Wolves - Tiada Ojek di Paris

Gresik United, Real Mataram, Tangerang Wolves - Praksis dari Teori Bunglon Menurut saya, esai ini memiliki judul yang sangat lucu dan menarik. Dilihat dari judul esainya saja, bisa diketahui bahwa esai ini adalah esai yang kocak. Setelah dibaca, memang benar terdapat banyak lelucon di dalam esai ini. Sebuah tim sepak bola yang bernama Manchester United, diubah oleh sang penulis menjadi Gresik United. Para fans sepak bola tentunya akan menganggap esai ini lucu. Bahasa yang digunakan dalam esai ini juga bukan bahasa formal. Bahasanya nyantai, bahasa yang biasanya dipakai orang untuk komunikasi antar teman. Nyantai, tak berstruktur, dan mudah untuk dimengerti. Walaupun esai ini kocak, bukan berarti esai ini tak memiliki makna atau tujuan. Sama seperti esai yang lain, sang penulis menyelipkan sebuah pesan di dalam karya esai nya ini. Ia membahas tentang proses mimikri seperti bunglon. Esai nya ini sangat pantas untuk dibaca oleh orang - orang yang memiliki waktu luang dan juga ingin t...

Kado Perkawinan - Tiada Ojek di Paris

Kado Perkawinan - Tentang Udang di Balik “Restu” Esai yang satu ini sangat menarik perhatian saya. Tak terlepas dari esai yang membahas tentang Homo Jakartensis sebelumnya, esai ini juga terdiri dari paragraf pembuka, isi, dan juga penutup. Yang sangat menarik perhatian saya adalah sang penulis tak hanya membahas atau memberikan penjelasan akan topik yang dibahasnya. Untuk membuat esai ini lebih jelas, sang penulis mengkaitkannya dengan sebuah sumber dari beberapa penelitian yang ada. Ia menggunakan hasil penelitian beberapa ilmuwan dari tahun - tahun sebelumnya untuk mendukung argumen dalam esainya itu. Jujur, esai ini termasuk esai yang agak berat untuk dibaca bagi orang umum seperti saya. Namun, bagi orang yang hobi dalam hal - hal yang beginian, mereka akan menemukan esai ini sangat menarik dan juga bermanfaat.

Terbang - Tiada Ojek di Paris

Terbang - Revolusi Harga Tiket Pesawat telah Mengubahkonotasi Terbang Bisa dibilang bahwa esai ini adalah esai yang menarik. Topik yang tak begitu dipikirkan oleh kebanyakan orang, termasuk saya, ternyata bisa menjadi topik pembahassn yang sangat menarik. Pesawat terbang adalah hal yang cukup umum di generasi ini. Namun, sang penulis dapat melakukan sebuah komparisasi akan situasi penerbangan saat ini dan dulu. Di dalam komparisasi ini, sang penulis memasukkan beberapa contoh yang dapat membuat para pembaca memahami lebih dalam lagi. Bahasa yang digunakan oleh sang penulis pun merupakan bahasa sehari - hari, sehingga membuat esai ini sangat nyaman dan cocok untuk dibaca diantara waktu - waktu luang.

Teater Absurd Permudikan - Tiada Ojek di Paris

Teater Absurd Permudikan - Kampung dalam diri Jakarta Di dalam esai ini, sang penulis menuliskan tentang Homo Jakartensis yang setiap tahunnya berbondong - bondong mudik. Dalam penjelasannya itu, sang penulis memberikan contoh - contoh dan juga argumen - argumen yang dapat membantu para pembaca untuk lebih mudah mengerti isi dari esai tersebut. Tak hanya itu, sang penulis juga menuliskan beberapa pertanyaan - pertanyaan sebagai upaya untuk menjelaskan lebih dalam lagi akan topik yang ia bahas dan membuat para pembaca untuk lebih tertarik dalam membacanya. Jika melihat esai itu sendiri, dapat dilihat bahwa sang penulis menuliskannya dengan pembukaan, isi, dan juga konklusi di bagian penutup. Hal ini menunjukkan bahwa sang penulis dapat menuliskan esainya dengan struktur yang baik.

Keberdayaan Gosip - Tiada Ojek di Paris

Keberdayaan Gosip Gosip adalah hal yang umum di dunia ini. Dimana pun kite berada, gosip selalu akan ada. Di dalam esai kali ini, penulis menuliskan tentang gosip. Sama dengan judul dari esai ini, sang penulis membahas tentang beberapa faktor yang berhubungan secara langsung dengan gosip dan juga keberdayaan dari gosip itu sendiri. Esai ini merupakan esai yang dapat membuka wawasan para pembaca akan suatu hal yang sangat marak di bicarakan di dunia ini, yaitu gosip. Di dalam penjelasannya, sang penulis juga mengkaitkan argumen - argumen dan contoh - contoh yang dapat membuat penjelasannya lebih jelas lagi. Menurut saya, esai ini terstruktur dengan cukup baik. Terdapat paragraf pembukaan, paragraf isi, dan juga paragraf penutup yang mengandung konklusi dari pembahasan esai tersebut. 

Bajing Melintas di Kabel Listrik - Tiada Ojek di Paris

Bajing Melintas di Kabel Listrik Penulis menuliskan esai ini dari seekor bajing yang dilihatnya melintasi kabel listrik. Dari pembahasan akan seekor bajing itu, sang penulis dapat menyindir tentang lingkungan hidup yang modern di tempat itu. Dengan berkembangnya jaman, habitat - habitat bagi binatang memang semakin sedikit karena wilayah - wilayah itu diubah menjadi tempat tinggal manusia yang penuh dengan perumahan dan bangunan. Sang penulis dapat menggambarkan perasaan, pemikiran, dankehidupan dari seekor bajing itu karena tempat tinggalnya semakin lama semakin dirampas oleh manusia. Dahulu, tempat - tempat yang merupakan kampung yang penuh dengan pepohonan sekarang menjadi tempat yang sangat amat berbeda. Bahasa yang digunakan oleh penulis di esai ini bukanlah bahasa formal.  Penulis menggunakan bahasa campuran antara Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa dan juga Bahasa Inggris. Menurut saya, kemampuan sang penulis dalam mengkaitkan isi dari penulisannya dengan seekor bajing ini ad...

Jakarta, Rembulan, Keterangsingan - Tiada Ojek di Paris

Jakarta, Rembulan, dan Keterasingan Menurutku, esai ini sangatlah unik. Di dalam esai ini terdapat beberapa sajak yang merupakan hasil karya orang lain. Dari sajak - sajak tersebut, sang penulis membahas tentang rembulan dan keterasingan Jakarta. Kalau boleh jujur, ini adalah pertama kalinya saya melihat ada karya sajak orang lain di dalam sebuah esai. Sang penulis menggunakan sumber yang sangat baik yang dapat ia jadikan sebagai awal dari pembahasan esainya. Dengan adanya sajak - sajak itu, esai ini menjadi lebih menarik untuk para pembaca. Menurut saya, sajak - sajak yang digunakan pun termasuk sajak yang bagus dan juga berkualitas. 

Dasi vs Sandal Jepit - Tiada Ojek di Paris

Dasi vs Sandal Jepit - Bagaimana Politik Identitas Bekerja Di dalam esai ini, sang penulis dapat menyampaikan pembahasannya dengan cara yang sangat menarik. Sang penulis membahas tentang kebudayaan populer dan kebudayaan asli, konsumen dan produsen, sambil mengkaitkannya dengan dasi dan juga sandal jepit. Oleh karena itu, menurut saya esai ini dapat memberikan wawasan yang baru kepada para pembaca dengan cara yang santai dan mudah untuk dipahami. Mengkaitkan topik pembahasan dengan sandal jepit dan dasi adalah hal yang menarik. Bagaimana bisa pembahasan yang semestinya berat itu dapat dikaitkan oleh sang penulis dengan dua obyek sehari - hari manusia? Hal ini menunjukkan kemampuan penulis yang menurut saya sangat baik dalam melakukan penulisannya. Namun, bahasa yang digunakan oleh sang penulis dalam menuliskan esai ini agak susah untuk dimengerti. Penulis menggunakan kata - kata yang biasanya tak digunakan dalam percakapan sehari - hari. Sehingga, jika pembaca membaca esai ini deng...

Kartu Nama - Tiada Ojek di Paris

Kartu Nama - Punya Kartu Nama? Sama seperti judulnya, esai ini membahas tentang satu hal yang tampaknya sangat simpel namun memiliki kegunaan yang sangat penting, yaitu kartu nama. Sang penulis menjelaskan opini nya terhadap kartu nama di Jakarta sambil mengkaitkan dengan pengalam pribadinya. Menurutnya, kartu nama tak harus memiliki design yang bagus. Yang terpenting dari kartu nama adalah informasi yang tercantum di dalam kartu nama itu sendiri. Tetap membahas dengan kartu nama, sang penulis memberikan contoh - contoh dari luar negeri seperti Jepang. Ia menceritakan pengalamannya di Jepang dimana ia menerima 200 lebih kartu nama dari orang - orang Jepang. Menurut saya, topik pembahasan di esai ini tak terlalu serius ataupun gawat. Ini hanyalah topik yang dapat menghibur para pembaca di waktu luang. Hal ini dapat dilihat dari bahasa yang digunakan oleh sang penulis dalam menyampaikan esainya, yaitu bahasa yang tak terlalu formal dan dicampur dengan candaan.

Manusia Jakarta, Manusia Mobil - Tiada Ojek di Paris

Manusia Jakarta, Manusia Mobil - Mobil adalah Dunia Ketiga setelah rumah sebagai Dunia Pertama, dan tempat kerja sebagai Dunia Kedua Kalau menurut saya, isi dari esai ini sedikit beda dari isi esai sebelum ini. Esai ini membahas tentang kehidupan orang - orang di Jakarta, yaitu antara di rumah, di kantor, dan di mobil. Di dalam esai ini, dikatakan bahwa orang Jakarta dapat menghabiskan minimal empat jam per hari dalam mobilnya untuk bepergian dari suatu tempat ke tempat yang lain. Sang penulis juga menuliskan bahwa orang Jakarta sudah terbiasa melakukan hal di dalam mobil yang semestinya meeka lakukan di rumah. Esai ini bukanlah esai yang dapat memberikan edukasi kepada orang lain, namun hanya sebatas informasi singkat. Bahasa yang digunakan di dalam esai ini juga tidak formal, tak seperti esai pertama di dalam buku Tiada Ojek Di Paris. Karena bahasa yang tidak formal, esai ini menjadi terlihat lebih santai dan dapat lebih menghibur para pembaca.

Tiga Kota Kontemporer - Tiada Ojek di Paris

Tiga Kota Kontemporer - Termasuk Yang Manakah Jakarta? Ini adalah esai pertama dan juga bab pertama di dalam buku Tiada Ojek Di Paris. Esai ini dituliskan dari sudut pandang orang pertama, yaitu menganut sudut pandang dari penulis esai ini. Sang penulis menuliskan esai ini dengan cara yang menarik. Esai ini dapat memberikan edukasi kepada para pembaca namun juga dapat menghibur, membuatnya dapat memperluas pengetahuan seseorang. Di dalam esai ini, sang penulis menjelaskan tentang tiga tipe kontemporer, dan ia membahas Jakarta termasuk yang mana. Ia membahasnya disertai dengan argumen - argumen yang menurut saya cukup kuat. Setelah membahas tiga tipe kota kontemporer beserta dengan penjelasan dan contoh - contohnya, sang penulis memberikan konklusi tentang yang manakah Jakarta termasuk dari tiga tipe kota kontemporer itu. Bahasa yang digunakan oleh penulis termasuk bahasa Indonesia yang cukup formal, dengan mengandung beberapa kata yang susah untuk dimengerti bagi para pembaca seper...