Mak Ipah dan Bunga Bunga - Sihir Perempuan, Intan Paramaditha

Bab 6 : Mak Ipah dan Bunga Bunga

Di dalam bab keenam ini, terdapat sebuah wanita tua bernama Mak Ipah yang setiap hari pekerjannya hanya mengurus tanaman - tanaman miliknya. Warga sekitar menganggap bahwa wanita tua itu tidak waras usai tragedi yang membuatnya melalui trauma yang sangat hebat. Anak perempuan mak Ipah meninggal dunia di usia 10 tahun, dengan cara yang sangat sadis. Ia mati diperkosa, lalu dibuang ke sungai oleh seorang pemuda yang juga tinggal di rumah mak Ipah, makan dari piringnya, dan juga hidup dari uang mak Ipah. Setelah tubuh anak perempuannya itu ditemukan, warga sekitar mengira pemuda lelaki yang telah membunuh anak mak Ipah itu hilang seketika, seolah - olah ditelan bumi. 

Sebenarnya, jauh sebelum peristiwa yang tragis itu terjadi, mak Ipah melihat beberapa hal yang telah dilakukan oleh pemuda itu yang mencurigakan, seperti saat ia melihat anak - anak perempuan yang bermain tali dengan rok mereka yang tersingkap, ia memeras alat kelaminnya. Mak Ipah tidak mencurigakan apapun. Peristiwa lain terjadi saat pemuda itu meremas payudara putrinya yang masih rata. Mak Ipah pun masih belum mencurigakan apa - apa. Hal pertama yang membuat mak Ipah mulai curiga adalah ketika pemuda itu sering berbohong dan mencuri, dan beberapa lembar uang sering menghilang dari dompet mak Ipah.

Saat suami mak Ipah pergi ke kota, pemuda itu meminta uang kepada mak Ipah. Mak Ipah pun berkeras menolaknya, dan pemuda itu mengancam mak Ipah. Dengan tidak ada kecurigaan, mak Ipah membalas dengan menghardik pemuda itu karena mak Ipah tak takut akan hal apapun. Besoknya, putri mak Ipah berangkat sekolah seperti biasa, namun tidak pulang. Pemuda itu juga tidak kembali ke rumah, dan mulai curigalah mak Ipah. Ia hanya bisa berharap bahwa pemuda itu tak mencelakai putrinya. 

Para warga menemui tubuh putrinya dengan tengkurap, telanjang terapung - apung di sungai. Putri mak Ipah pun dikubur sebelum ayahnya datang. Setelah putrinya dikubur, pemuda itu lewat di depan rumah mak Ipah. Mak Ipah sebenarnya tahu bahwa pemuda itulah pembunuh putrinya, namun ia pura - pura tak tahu. Lalu diundangnya lah pemuda itu oleh mak Ipah kedalam rumah, sambil mengiming - iminginya dengan uang. Sebelum mak Ipah memberinya uang, mak Ipah meminta pemuda itu untuk mencari jarum di kolong peti. Si pemuda itu membungkung, lalu mak Ipah mengayunkan palu dan menghantam dia hingga ia benar - benar tak bergerak lagi. 

Setelah membaca cerita di dalam bab 6 ini, terdapat beberapa kejadian yang sangat tak terduga. Siapa yang menduga bahwa pemuda yang dimaksud di cerita itu adalah anggota keluarga mak Ipah sendiri? Jika memang pemuda yang membunuh putri mak Ipah itu benar anggota keluarga mak Ipah, maka ini akan menjadi poin yang sangat menarik di dalam cerita ini. Dan dari situ saja, banyak pertanyaan yang dapat timbul dari pembaca, seperti; Apakah pemuda itu merupakan anak mak Ipah juga? Apakah pemuda itu ada kaitan darah dengan anak perempuan yang telah dibunuhnya? Pertanyaan - pertanyaan yang dapat timbul ini membuat para pembaca untuk semakin tertarik dan ingin membaca lebih lagi.

Menurut saya secara personal, cerita ini memang sangat menarik untuk dibaca. Jelas, namun cukup untuk menarik perhatian para pembaca, sehingga pembaca tidak bisa menebak apa yang akan terjadi di cerita kedepannya.

Comments

Popular posts from this blog

Sang Ratu - Sihir Perempuan, Intan Paramaditha

Taman - Tiada Ojek di Paris